Enowiga’s Weblog











{Juli 11, 2009}   Prisa (Bagian 2)

Pagi ini memang tak secerah biasanya. Sinar mentari masih dibelenggu oleh kabut kelabu yang samar-samar. Namun, kiranya keadaan di pagi ini tak mengurangi aksi keributan di rumah Dendra. Di pagi-pagi buta, Dendra sudah sibuk berlarian kesana kemari. Nampaknya banyak hal yang ia persiapan untuk hari ini, tepatnya pagi ini. Dari mulai baju, tas, sepatu sampai snack milik Risma pun menjadi sasarannya. Sudah satu jam lebih Risma duduk di ruang tengah dan memperhatikan tingkah Kakaknya. Sebenarnya banyak hal yang membayang dalam benaknya. Bertubi-tubi pertanyaan hadir untuk di suguhkan pada Kakaknya. Namun, ia masih menunggu waktu yang tepat berpihak padanya. Sampai akhirnya waktu tersebut tiba juga. Kali ini Dendra sedang sibuk dengan sepatu dan tali-talinya.

” Mau kemana Mas?” Tanya Risma singkat. Ia berusaha memulai pertanyaan dengan sesingkat mungkin, sebelum meberondong kakaknya dengan beribu pertanyaan yang ada di benaknya, dan tetap pda fokus utama rasa penasarannya. Yakni pertanyaan tetant siapa Prisa? Namun nampaknya berjuta-juta harapan yang ada pada dada montok Risma berujung pada kehampaan. Yah, bayangkan saja, pertamyaannya tadi hanya di balas dengan senyuman oleh Dendra. Tanpa ada AIUEO. Risma mengenyitkan dahi menanggapi respon kakaknya. Jurus putar otak segera ia lancarkan dan akhirnya dengan sigap ia rebut sepatu kakaknya itu. Dendra merespon datar, tampangnya no ekspresi.

“Mas Dendra ini. Ditanya kok diem aja. Jawab napa.” Risma mulai kesal. Dendra bangkit dari duduknya. Ia mendekati Risma.

“Mau tauuuuu ajah..” Ucapnya sambil dengan sigap merebut sepatu dari tangan mungil Risma.

“Ah Mas ini. Main rahasia-rahasiaan aja sama ade ndiri. Pliss dech..” Risma merajuk.

“Emang kenapa si Ris? Mau ikut? Mas ada acara sama Yosan.” Jawab Dendra sambil kembali berkonsentrasi pada tali sepatunya.

“Oww,, Oh ya mas, Risma mo tanya.” Risma mencoba mefokuskan pokok bahasan.

” Hmm..” Dendra hanya berguman.

“Prisa, yang tadi malam mas sebut-sebut namanya itu siapa mas? kayaknya belum dijawab dech.” Tanya Risma sambil melepas senyum termanisnya.

“Oh.. Prisa. Dia itu…” “Titttt…titttt…tittttt….” Belum selesai Dendra bicara tiba-tiba terdengar suara klakson mobil dari luar. Yosan menjemput dengan Honda Xivicnya. Risma menekuk wajahnya. Senyum manis dan lesung pipitnya lenyap tanpa bekas berganti dengan wajah kelabu. Melihat Dendra yang segera bangkit, ia langsung menarik tangan kakaknya, mencoba menahan agar tidak pergi dulu.

“Selesein dulu jawabannya. Dari tadi malem gak kelar-kelar tu jawaban, ngantung mulu.” Ucapnya sebal.

” Aduh Risma, kamu ini. Prisa itu cewek, dan hari ini mas sama Yosan mau ketemu dia. OK. Udah ya, udah jam 7 Ris, mas berangkat dulu, takut kesiangan sampe di tempat Prisa. Ntar pulang dari sana mas ceritain deh dengan lengkap, siapa Prisa itu.OK.” Dendra mencubit gemas hidung pesek adiknya, lalu bergesas keluar menemui Yosan. Risma mengikuti langkah kakaknya.  Mobil biru tua Yosan segera melaju begitu Dendra masuk. Sang supir -Yosan- hanya melambaikan tangan pada Risma sebelum melesat menghilang di ujung jalan.

Risma terdiam. Ia duduk di teras. Udara pagi masih terasa dingin, kabut masih terlihat menutupi area halaman rumahnya yang cukup luas. Jarak pandang pagi ini hanya berkisar 500 m. Namun, bukan itu yang Risma pikirkan. Ia masih penasaran pada sesosok Prisa. Siapa Prisa? Kenapa nampaknya dia begitu berarti bagi Dendra?

-to be countinued- Lanjut Gan…!!!



Tinggalkan komentar

et cetera